Anatomi Legenda Kuliner Yogyakarta
Warisan Abadi Ikon Kuliner Jawa
Bayangkan sensasi renyah pecah di mulut dari kremesan keemasan, disusul aroma harum karamel dari air kelapa dan rempah-rempah yang meresap sempurna. Daging ayam kampung yang empuk dan gurih terlepas dengan mudah dari tulangnya, diimbangi oleh kesegaran lalapan hijau dan sengatan pedas-gurih dari sambal terasi. Inilah pengalaman multisensori yang mendefinisikan Ayam Goreng Kalasan, sebuah mahakarya kuliner yang jauh melampaui sekadar ayam goreng biasa.
Ayam Goreng Kalasan bukan hanya hidangan, melainkan sebuah penanda geografis dan historis dari Yogyakarta. Hidangan ini adalah manifestasi dari filosofi rasa Jawa, sebuah simbol warisan kuliner yang menjadi pilar pariwisata daerah. Pengakuan resminya sebagai Warisan Budaya Takbenda dari Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) semakin mengukuhkan statusnya sebagai aset budaya yang tak ternilai. Laporan ini akan membawa pembaca dalam sebuah perjalanan mendalam, menelusuri jejaknya dari sebuah warung sederhana di desa hingga ke meja makan kepresidenan, menyelami intrik dinasti keluarga di baliknya, membedah ilmu di balik cita rasanya yang unik, dan akhirnya, menyajikan panduan untuk merasakan keasliannya secara langsung atau menciptakannya kembali di dapur Anda sendiri.
Dari Warung Sederhana ke Hidangan Favorit Presiden: Sejarah Definitif Ayam Goreng Kalasan
Asal-usul di Jantung Kalasan
Kisah Ayam Goreng Kalasan berawal dari sebuah wilayah yang kaya akan sejarah, Kapanewon Kalasan di Kabupaten Sleman, Yogyakarta, sebuah area yang berdekatan dengan kompleks candi megah Prambanan dan Candi Kalasan. Lebih spesifik lagi, pusat lahirnya hidangan ini adalah Dusun Bendan di Desa Candisari (kini bagian dari Tirtomartani), yang hingga hari ini diakui sebagai sentra produksi Ayam Goreng Kalasan, dengan puluhan pengusaha yang mendedikasikan diri pada hidangan ini.
Rekomendasi situs tempat bermain slot terpercaya.
Sang Perintis: Nini Ronodikromo, “Mbok Berek”
Di balik kelezatan legendaris ini, berdiri seorang perempuan tangguh bernama Nini Ronodikromo, yang lebih dikenal dengan julukan “Mbok Berek”. Nama ini memiliki asal-usul yang unik dan personal. Dari enam anaknya bersama sang suami, Ronopawiro, ada satu yang terkenal rewel dan sering menangis meraung-raung—sebuah perilaku yang dalam bahasa Jawa disebut
berek-berek. Julukan “Mbok Berek” atau “ibu dari anak yang suka berteriak” pun melekat padanya dan kemudian menjadi merek dagang yang melegenda.
Usahanya dirintis pada masa pendudukan Jepang di Jawa dan secara resmi berdiri sekitar tahun 1952. Asal-usul resepnya sendiri diselimuti aura mistis. Konon, suatu hari warungnya didatangi oleh seorang kakek misterius berjubah ungu, yang dipercaya berasal dari suku Baduy. Kakek tersebut mengajarkan sebuah teknik memasak ayam yang istimewa sebelum menghilang secara gaib, meninggalkan sebuah resep yang kelak akan mengubah nasib Mbok Berek dan lanskap kuliner Yogyakarta.
Pengakuan dari Istana Negara
Momen paling menentukan dalam sejarah Ayam Goreng Kalasan terjadi pada dekade 1950-an, ketika Presiden Soekarno mengunjungi warung sederhana Mbok Berek. Kunjungan ini bukan sekadar promosi selebritas; ini adalah sebuah pengakuan nasional yang mengangkat status hidangan lokal menjadi sorotan utama. Berita mengenai ayam goreng favorit Bung Karno menyebar dengan cepat, mengubah warung kecil Mbok Berek menjadi destinasi kuliner yang wajib dikunjungi. Permintaan meroket tajam, memaksanya untuk merekrut warga desa sekitar untuk membantu memenuhi pesanan yang membludak.
Paradoks Kebangkrutan: Penyebaran Melalui Kegagalan
Ironisnya, puncak kejayaan warung asli Mbok Berek tidak bertahan lama. Pada tahun 1960-an, bisnis tersebut mengalami kebangkrutan dan terpaksa tutup. Namun, dari kegagalan inilah lahir sebuah fenomena yang lebih besar. Para pekerja yang diberhentikan, yang kini mengantongi resep dan teknik rahasia Mbok Berek, mulai membuka usaha mereka sendiri untuk menyambung hidup.
Peristiwa ini menjadi katalisator utama penyebaran hidangan tersebut. Kegagalan merek terpusat “Mbok Berek” justru menjadi penyebab langsung keberhasilan identitas kuliner desentralisasi “Ayam Goreng Kalasan”. Nama “Ayam Goreng Kalasan” sendiri muncul secara organik dari para pelanggan yang datang dari luar daerah seperti Klaten dan Surakarta. Mereka harus pergi ke Kalasan untuk memesan ayam goreng dengan cita rasa khas ini, sehingga nama tersebut melekat secara alami. Dengan demikian, kebangkrutan sang pelopor secara tidak langsung mengubah resep warisan keluarga menjadi warisan kuliner daerah yang tak lekang oleh waktu.
Dinasti Berek: Kerajaan Kuliner dan Para Pewarisnya
Wasiat Sang Perintis
Sebelum wafat, Mbok Berek berpesan agar keturunannya melanjutkan usaha ayam gorengnya. Ia mengizinkan mereka untuk menggunakan nama dan resep warisannya, sebuah keputusan yang meletakkan fondasi bagi sebuah dinasti kuliner yang kompleks dan tersebar luas. Wasiat ini menjadi awal dari sebuah kerajaan bisnis keluarga yang ditandai oleh kolaborasi, persaingan, dan bahkan perpecahan.
Memetakan Pohon Keluarga Kuliner
Kisah dinasti ini terbentang melalui beberapa generasi, dengan setiap pewaris meninggalkan jejaknya sendiri dalam lanskap kuliner Indonesia.
- Generasi Pertama (Pendirian Resmi): Noor Indarti, salah seorang keturunan, secara resmi mendirikan merek “Ayam Goreng Mbok Berek” pada tahun 1952, mengformalkan usaha yang telah dirintis sebelumnya.
- Generasi Kedua: Ratna Djuwita Umiyatsih, yang dikenal sebagai “Ny. Umi”, menghidupkan kembali bisnis keluarga di Jakarta setelah kebangkrutan usaha awal. Ia mematenkan merek “Ayam Goreng Mbok Berek Ny. Umi” pada tahun 1972.
- Generasi Keempat: Ny. Astuti mendirikan mereknya sendiri sekitar tahun 1970-an di Cipinang, melanjutkan tradisi keluarga dengan namanya sendiri.
- Generasi Kelima: Keturunan dari Ny. Subekti juga melanjutkan usaha ini. Salah satu cicitnya bahkan menyebutkan bahwa ketenaran awal ayam goreng ini juga berkat apresiasi dari Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Saga Suharti: Sebuah Merek yang Terbelah
Cabang paling terkenal dari dinasti Mbok Berek adalah Ayam Goreng Suharti. Suharti, yang juga merupakan keturunan Mbok Berek, memulai usahanya pada tahun 1962, awalnya masih menggunakan nama besar leluhurnya. Pada tahun 1969, ia menamakan restorannya “Ayam Goreng Mbok Berek Baru”, sebelum akhirnya memutuskan untuk membangun identitas sendiri dengan merek “Ayam Goreng Ny. Suharti” pada tahun 1972.
Titik balik dalam sejarah merek ini adalah perceraian Suharti dengan suaminya, Sachlan. Merek “Ayam Goreng Ny. Suharti” beserta logonya yang ikonik—dua ekor ayam mengapit huruf ‘S’—ternyata telah didaftarkan atas nama Sachlan. Akibatnya, setelah perpisahan, Sachlan mengambil alih kendali atas jaringan restoran yang ada.
Namun, Suharti menunjukkan ketangguhan yang luar biasa. Pada tahun 1991, ia bangkit kembali dan mendirikan bisnisnya dari awal dengan nama “Ayam Goreng Suharti” (tanpa embel-embel “Ny.”). Untuk membedakannya secara jelas dan menghindari peniruan, ia menciptakan logo baru yang menampilkan foto dirinya sendiri, yang kini menjadi salah satu logo paling dikenal di dunia kuliner Indonesia.
Kisah ini lebih dari sekadar drama keluarga; ini adalah studi kasus yang menarik tentang branding dan hak kekayaan intelektual di Indonesia. Perpecahan ini menggambarkan transisi dari model bisnis keluarga yang berbasis kepercayaan dan warisan informal menuju dunia korporat modern di mana perlindungan hukum atas merek menjadi sangat krusial. Keberadaan dua merek besar “Suharti” hingga hari ini adalah bukti nyata dari konflik tersebut, sebuah pelajaran berharga tentang pentingnya kepemilikan intelektual bahkan dalam lingkup keluarga.
Pohon Keluarga Kuliner Dinasti Mbok Berek
Anatomi Legenda: Membedah Cita Rasa Otentik Kalasan
Simfoni Gurih dan Manis
Ciri khas utama Ayam Goreng Kalasan adalah perpaduan harmonis antara rasa gurih (gurih) dan manis (manis) yang kompleks, sebuah karakteristik yang menjadi esensi masakan Jawa. Rasa manisnya bukan berasal dari gula semata, melainkan dari kombinasi gula aren dan air kelapa yang menghasilkan legit yang khas dan tidak berlebihan.
Fondasi Rasa: Ayam Kampung
Keaslian rasa Ayam Goreng Kalasan dimulai dari pemilihan bahan baku utama: ayam kampung (ayam buras). Daging ayam kampung yang lebih padat, rendah lemak, dan berserat membuatnya ideal untuk proses memasak yang lama. Teksturnya tidak mudah hancur saat diungkep (direbus perlahan dengan bumbu) dan memiliki cita rasa dasar yang lebih kuat dan gurih dibandingkan ayam broiler.
Senjata Rahasia: Air Kelapa
Elemen paling krusial yang membedakan Ayam Goreng Kalasan dari ayam goreng lainnya adalah penggunaan air kelapa sebagai medium perebusan. Perannya sangat vital dan multifaset:
- Pengempuk Alami: Enzim alami dalam air kelapa secara efektif memecah serat protein pada daging ayam, menghasilkan tekstur yang luar biasa empuk dan lembut.
- Pemberi Rasa Unik: Air kelapa menyumbangkan rasa manis yang halus dan aroma segar yang khas, yang tidak bisa ditiru oleh air biasa maupun santan.
- Menjaga Kelembapan: Selama proses ungkep yang panjang, air kelapa memastikan daging ayam tetap lembap dan juicy.
Bumbu: Ramuan Rempah yang Meresap
Filosofi kuliner di balik Ayam Goreng Kalasan adalah tentang penyerapan rasa secara mendalam, bukan sekadar pelapisan di permukaan. Berbeda dengan ayam goreng gaya Barat yang mengandalkan lapisan tepung berbumbu, kelezatan Kalasan lahir dari proses ungkep yang panjang. Dalam proses ini, ayam direbus perlahan dalam air kelapa bersama
bumbu halus (pasta rempah) dan rempah utuh, memungkinkan setiap serat daging menyerap esensi bumbu secara sempurna. Proses penggorengan di tahap akhir relatif singkat, bertujuan untuk menciptakan tekstur renyah di bagian luar dan mengkaramelisasi sisa gula dari bumbu ungkep.
Mahkota Renyah: Kremesan
Sering kali, Ayam Goreng Kalasan disajikan dengan taburan renyah yang disebut kremesan. Ini bukan sekadar hiasan, melainkan elemen rasa dan tekstur yang integral.
Kremesan dibuat dari sisa air rebusan ayam (kaldu ungkep) yang paling kaya rasa, dicampur dengan tepung tapioka atau tepung beras, dan terkadang kuning telur. Adonan cair ini kemudian digoreng hingga menjadi serpihan-serpihan renyah berwarna keemasan. Teknik ini adalah contoh cemerlang dari prinsip memasak “tanpa sisa”, mengubah kaldu bumbu menjadi kondimen yang adiktif.
Profil Bumbu Otentik Ayam Goreng Kalasan
Pengalaman Kalasan yang Sempurna: Panduan Penyajian dan Pelengkap Otentik
Tiga Serangkai Penyajian
Menikmati Ayam Goreng Kalasan secara otentik berarti menyajikannya sebagai bagian dari sebuah kesatuan yang seimbang. Hidangan ini jarang berdiri sendiri; ia adalah bagian dari “tiga serangkai” yang terdiri dari ayam, sambal, dan lalapan, yang disajikan bersama nasi putih hangat (nasi hangat). Kombinasi ini bukanlah kebetulan, melainkan sebuah sistem penyeimbangan rasa yang telah teruji oleh waktu.
Sambal: Pendamping Pedas yang Wajib
Pelengkap utama yang tak terpisahkan adalah sambal. Varian yang paling klasik dan umum adalah Sambal Terasi, yaitu sambal cabai yang diulek dengan terasi (pasta udang fermentasi) bakar. Rasa pedas, asin, dan aroma
umami yang kuat dari terasi berfungsi sebagai penyeimbang sempurna, memotong rasa manis dan gurih dari ayam. Varian lain yang juga populer adalah sambal goreng yang sedikit manis karena menggunakan tomat dan gula merah, atau sambal bawang yang pedas dan segar.
Lalapan: Penyeimbang yang Segar dan Sejuk
Untuk melengkapi kekayaan rasa ayam dan pedasnya sambal, lalapan (sayuran segar mentah) hadir sebagai penyejuk dan pembersih langit-langit mulut.
Lalapan memberikan kontras tekstur yang renyah dan rasa yang segar. Isiannya yang paling umum meliputi irisan mentimun, tomat, kol, dan yang paling khas adalah daun kemangi (daun basil lemon). Aroma wangi dan rasa sedikit getir dari kemangi berpadu secara klasik dengan gurihnya ayam goreng.
Penyajian tradisional ini menunjukkan pemahaman mendalam tentang dinamika rasa. Ayam yang kaya, manis, dan gurih diseimbangkan oleh sambal yang pedas dan asin, serta dinetralkan oleh lalapan yang segar dan sejuk. Setiap elemen dirancang untuk saling melengkapi, menciptakan pengalaman makan yang jauh lebih kompleks dan memuaskan daripada jika dinikmati secara terpisah. Ini adalah sebuah hidangan yang tersusun rapi, di mana setiap komponen memiliki peran vital dalam harmoni rasa secara keseluruhan.
Ziarah Kuliner: Panduan Definitif Restoran Ayam Goreng Legendaris di Yogyakarta
Kalasan sebagai Destinasi Kuliner
Mengunjungi restoran-restoran Ayam Goreng Kalasan legendaris di Yogyakarta bukan sekadar makan siang, melainkan sebuah ziarah kuliner untuk menelusuri jejak hidangan ini kembali ke akarnya. Setiap restoran menawarkan interpretasi uniknya sendiri, yang dibentuk oleh sejarah, warisan keluarga, dan resep rahasia.
Ulasan Restoran-Restoran Kunci
Berikut adalah ulasan mendalam beberapa nama besar yang mendefinisikan Ayam Goreng Kalasan:
- Ayam Goreng Mbok Berek (Berbagai Cabang): Sebagai sang perintis, restoran ini menawarkan pengalaman rasa yang paling mendekati orisinal. Ayamnya dikenal empuk dengan kremesan gurih yang khas dengan jejak rasa santan. Sambalnya memiliki perpaduan unik antara manis dan pedas, menjadikannya sebuah standar klasik.
- Ayam Goreng Suharti (Logo Foto): Mungkin merupakan cabang keturunan yang paling terkenal. Keunggulannya terletak pada daging ayam yang sangat empuk hingga mudah terlepas dari tulang (protol) dan kremesan-nya yang legendaris, renyah, dan membuat ketagihan. Restoran ini sering dianggap sebagai tolok ukur modern untuk Ayam Goreng Kalasan.
- Ayam Goreng Ny. Suharti (Logo Dua Ayam): Separuh lain dari dinasti Suharti yang terpecah. Pengunjung sering membandingkannya dengan versi “logo foto”. Meskipun resep dasarnya sama, beberapa penikmat merasakan adanya perbedaan subtil dalam tingkat kegurihan kremesan atau profil sambal. Mengunjungi keduanya memberikan gambaran lengkap tentang saga keluarga ini.
- Ayam Goreng Candisari: Berlokasi di jantung Kalasan, restoran ini adalah pemain lokal yang sangat dihormati. Dengan garis keturunan resep yang langsung terhubung ke Mbok Berek, Candisari dipuji karena mempertahankan cita rasa tradisional yang otentik. Suasananya yang bernuansa tempo dulu, porsinya yang besar, dan harganya yang terjangkau menjadikannya favorit baik bagi warga lokal maupun wisatawan.
Membedakan Kalasan dari Gaya Lainnya di Jogja
Seorang penikmat kuliner sejati harus mampu membedakan nuansa. Banyak daftar “ayam goreng legendaris Jogja” menyertakan nama-nama seperti Ayam Goreng Bu Tini atau Ayam Goreng Mbok Sabar. Meskipun keduanya adalah ikon kuliner yang tak terbantahkan, gaya mereka berbeda. Kedua restoran ini terkenal dengan ayam goreng
bacem. Proses bacem melibatkan perebusan ayam dalam air kelapa dengan gula merah dan rempah dalam jumlah yang lebih banyak, menghasilkan ayam yang berwarna lebih gelap, lebih manis, dan memiliki tekstur permukaan yang sedikit lengket. Ini adalah tradisi kuliner yang berbeda dari gaya Kalasan, yang didefinisikan oleh perebusan dalam air kelapa (bukan
bacem pekat) dan sering kali disertai kremesan. Memahami perbedaan ini adalah kunci untuk mengapresiasi kekayaan dan keragaman masakan ayam goreng di Yogyakarta.
Panduan Komparatif Restoran Ayam Goreng Legendaris di Yogyakarta
Resep Kalasan: Menciptakan Kembali Rasa Otentik Yogyakarta di Dapur Anda
Bagi mereka yang ingin membawa pulang cita rasa legendaris ini, berikut adalah resep komprehensif yang disintesis dari berbagai sumber otentik, dirancang untuk memandu Anda menciptakan Ayam Goreng Kalasan yang sesungguhnya di rumah.
1: Bumbu Halus (Pasta Rempah)
Bahan:
- 8 siung bawang merah
- 5 siung bawang putih
- 4 butir kemiri, sangrai
- 1 sdm ketumbar, sangrai
- 3 cm lengkuas
- 2 cm jahe
- 1/2 sdt merica butiran
Instruksi: Haluskan semua bahan menggunakan ulekan atau blender hingga menjadi pasta yang lembut. Tambahkan sedikit minyak jika menggunakan blender untuk mempermudah proses.
2: Proses Ungkep (Perebusan Berbumbu)
Bahan:
- 1 ekor ayam kampung (sekitar 1.2 kg), potong 4 atau 8 bagian
- 1.5 liter air kelapa muda
- Pasta bumbu halus dari Bagian 1
- 3 lembar daun salam
- 2 batang serai, memarkan
- 3 sdm gula merah, sisir halus
- 2 sdm air asam jawa
- Garam secukupnya
Instruksi:
- Masukkan potongan ayam ke dalam panci besar.
- Tumis bumbu halus hingga harum, lalu masukkan daun salam dan serai. Aduk sebentar.
- Tuang bumbu yang sudah ditumis ke dalam panci berisi ayam.
- Tambahkan air kelapa, gula merah, air asam jawa, dan garam. Aduk rata.
- Masak dengan api sedang hingga mendidih, lalu kecilkan api. Lanjutkan proses ungkep selama 45-60 menit atau hingga ayam empuk, bumbu meresap, dan kuah menyusut.
- Angkat ayam dan tiriskan. Biarkan hingga benar-benar dingin. Simpan sisa kuah ungkep untuk membuat kremesan.
3: Adonan Kremesan
Bahan:
- 300 ml sisa kuah ungkep, saring
- 125 gr tepung tapioka atau tepung sagu
- 15 gr tepung beras
- 1 kuning telur
- 1/2 sdt baking powder (opsional, untuk ekstra renyah)
Instruksi: Campurkan semua bahan dalam mangkuk, aduk hingga menjadi adonan yang cair dan tidak bergerindil.
4: Teknik Menggoreng
Bahan:
- Minyak goreng secukupnya untuk menggoreng rendam (deep-fry)
Instruksi:
- Menggoreng Ayam: Panaskan minyak dalam jumlah banyak dengan api sedang-tinggi. Goreng ayam yang sudah di-ungkep hingga berwarna kuning keemasan dan bagian luarnya renyah (sekitar 3-4 menit). Jangan menggoreng terlalu lama agar daging tidak kering. Angkat dan tiriskan.
- Menggoreng Kremesan: Pastikan minyak benar-benar panas. Ambil adonan kremesan dengan sendok sayur atau telapak tangan, tuangkan dari ketinggian sekitar 30 cm ke dalam minyak panas dengan gerakan memutar. Adonan akan menyebar dan membentuk jaring-jaring renyah. Setelah kokoh, lipat dan goreng hingga matang keemasan. Angkat dan tiriskan. Sajikan di atas ayam goreng.
5: Sambal Terasi Klasik
Bahan:
- 10 buah cabai merah keriting
- 5 buah cabai rawit merah (sesuai selera)
- 5 butir bawang merah
- 2 siung bawang putih
- 1 sdt terasi bakar
- 1 buah tomat ukuran kecil
- Gula merah dan garam secukupnya
Instruksi:
- Goreng cabai, bawang, dan tomat hingga layu.
- Ulek semua bahan hingga mencapai tingkat kehalusan yang diinginkan.
- Tumis kembali sambal yang sudah diulek sebentar hingga matang dan harum. Sajikan.
Tips Profesional untuk Koki Rumahan
- Pilih Bahan Terbaik: Gunakan ayam kampung untuk tekstur dan rasa terbaik. Air kelapa segar (bukan kemasan) akan memberikan hasil yang jauh lebih otentik.
- Sabar saat Mengungkep: Jangan terburu-buru. Proses ungkep dengan api kecil adalah kunci agar bumbu meresap sempurna dan daging menjadi empuk.
- Dinginkan Sebelum Menggoreng: Membiarkan ayam dingin sepenuhnya setelah di-ungkep akan menghasilkan kulit yang lebih renyah saat digoreng.
- Persiapan di Muka: Proses ungkep dapat dilakukan sehari sebelumnya. Simpan ayam di kulkas dan goreng sesaat sebelum disajikan. Ini menjadikannya hidangan yang praktis untuk acara kumpul-kumpul.
Kesimpulan: Masa Depan Sebuah Hidangan Warisan
Perjalanan Ayam Goreng Kalasan adalah sebuah epik kuliner yang luar biasa. Ia bermula dari inovasi seorang wanita di sebuah desa kecil, meraih ketenaran melalui pengakuan seorang presiden, menyebar luas karena ironi kebangkrutan, dan melahirkan sebuah dinasti keluarga yang rumit. Kisah ini adalah cerminan dari ketangguhan, kreativitas, dan semangat wirausaha masyarakat Indonesia.
Lebih dari sekadar hidangan, Ayam Goreng Kalasan telah menjadi jangkar budaya dan ekonomi bagi wilayahnya. Popularitasnya menjadi daya tarik utama pariwisata kuliner, mengundang pengunjung dari seluruh penjuru untuk datang langsung ke Kalasan. Di balik setiap piring yang disajikan, terdapat sebuah ekosistem ekonomi lokal yang hidup. Dari peternak ayam kampung, pemasok rempah-rempah, hingga puluhan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang tergabung dalam paguyuban seperti “SIDOMULYO” atau “Sentra Industri Ayam Goreng Kalasan”.
Evolusi Ayam Goreng Kalasan dari sebuah resep tunggal menjadi sebuah ekosistem industri terstruktur adalah bukti nyata bagaimana warisan kuliner dapat menjadi penggerak pembangunan komunitas yang berkelanjutan. Ia menunjukkan transisi dari kerajinan informal berbasis tradisi menjadi industri yang lebih terorganisir dan signifikan secara ekonomi. Pada akhirnya, satu porsi Ayam Goreng Kalasan tidak hanya berisi daging yang lezat, tetapi juga lapisan-lapisan sejarah, drama keluarga, ilmu kuliner, dan ketahanan ekonomi, yang memantapkan posisinya sebagai bagian yang tak terpisahkan dan tak ternilai dari budaya Indonesia.